Cover

Cover

Kamis, 04 Agustus 2016

Ikhlas, untuk Menata Kehidupan

Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.
Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.
Penegasan Islam dalam menuntut ikhlas dan pemurnian niat karena Allah serta meluruskan tujuan hanya kepada-Nya, bukan sekedar omong kosong. Sebab kehidupan itu sendiri tidak akan berjalan mulus dan lurus tanpa adanya orang-orang yang ikhlas. Sekian banyak bencana dan krisis yang menimpa berbagai umat dan jama’ah, disebabkan adanya beberapa gelintir orang yang tidak menginginkan Allah dan hari akhirat. Dengan kata lain, mereka adalah orang-orang yang menyembah dunia, menikmati harta yang melimpah, orang-orang yang tidak peduli jika harus merusak dunia dan agama orang lain, karena matanya sudah tertutup oleh dunia dan nafsunya. Mereka juga tidak peduli jika harus merobohkan rumah orang lain, menjadikan tempat tinggalnya sebagai kuburan dan menjadikan kehidupannya sebagai kematian.
Yang juga termasuk kelompok ini adalah orang-orang yang mencari kedudukan dan kekuasaan, para penyembah ketenaran, para penikmat kemuliaan untuk diri sendiri, atau karena ingin menjaga apa yang diketahuinya. Mereka tidak peduli sekalipun harus mengusir orang lain dari tempat tinggalnya, merusak umat dan segala isinya. Bukan karena apa, tetapi agar semua orang bertepuk tangan kepadanya, agar semua mulut berbisik membicarakannya, agar semua pulpen menulis tentang dirinya, agar semua pujian orang-orang yang terkecoh tertuju kepadanya, dan akhirnya mereka bisa menikmati kursi kekuasaan untuk selama-lamanya. Prinsip mereka: Aku ataukah dunia akan hancur jika aku tidak ada.
Sesungguhnya Islam tidak ridha jika orang Muslim hidup dengan dua wajah, wajah Allah dan wajah sekutu-sekutu-Nya. Islam tidak ridha jika hidupnya terbagi menjadi dua bagian, satu bagian bagi Allah dan satu bagian lagi bagi thagut. Islam menolak perangkapan dan dualisme yang dibenci, yang seringkali kita lihat dalam kehidupan orang-orang Muslim pada masa sekarang, sehingga kita melihat seorang Muslim berada di masjid atau aktif berpuasa pada bulan Ramadhan, tapi kemudian dalam kehidupan atau dalam mu’amalahnya atau dalam tindak tanduknya dia merupakan sosok manusia lain. Ikhlaslah yang menyatukan kehidupan orang Muslim dan menjadikan semua sisinya hanya bagi Allah. Shalatnya, ibadahnya, hidup, dan matinya, semua bagi Allah Rabbul-alamin.
(Dr. Yusuf Al Qardhawy)

Tulisan ini diambil dari grup 
EBC GM Team Mariatul Qibthiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar